Dengan semakin meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan produk berbasis singkong maka permintaan dan kebutuhan akan bibit juga semakin meningkat, hal ini menyebabkan berbagai Institusi Penelitian dan Pengembangan dalam bidang Agrikultur terus menerima permintaan baik dalam bentuk bibit maupun sekedar referensi dan makalah penelitian.
Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok varietas ubi kayu untuk pangan dan untuk industri.
Varietas untuk pangan adalah- N1 Mekarmanik
- Adira 1
- Malang 1
- Malang 2
- Darul Hidayah.
- N1 Mekarmanik
- Adira 2
- Adira 4
- Malang 4
- Malang 6
- UJ 5
- dan UJ 3.
*Singkong Mukibat tidak dimasukkan ke dalam varian tersendiri karena Singkong Mukibat sebenarnya hanyalah Singkong biasa dan Singkong Karet yang disambung menggunakan teknik okulasi.
Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar HCN < 50 miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan ubi jalar untuk industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6 gram per kilogram.
Pengembangan singkong Ngawi N1 dan C2 Mekarmanik adalah merupakan jawaban dari persoalan dan rendahnya produktivitas dimana untuk jenis singkong konvensional biasanya hanya menghasilkan 40 – 50 ton singkong segar per hektar, bahkan terkadang hanya mencapai 20 – 25 ton /ha lahan tanam. Sedangkan singkong Ngawi N1 dan C2 Mekarmanik setelah melalui berbagai uji tanam atau diketahui dapat menghasilkan singkong segar sebesar 100 – 150 ton/ha lahan tanam.
Dengan menanam singkong Varietas unggul dapat meningkatkan efisiensi :
- Lahan
- Bibit
- Pupuk
- Biaya garapan
- Penyiangan rumput
- Biaya panen
- Biaya angkut
- Biaya Operasional lain
Produksi singkong di Indonesia dapat meningkat dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah. Bahan organik (kompos) yang ditambahkan ke dalam tanah berfungsi sebagai sumber unsur hara dan memperbaiki sifat fisik, kimia, serta biologi tanah.
Organisme tanah memanfaatkan bahan organik itu sebagai sumber energi. Lalu melalui asam humiknya, organisme ini dapat mempertahankan struktur tanah, sehingga sifat fisik tanah seperti infiltrasi dan drainase baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu asam humik juga memegang peranan penting dalam menonaktifkan senyawa racun seperti Aluminium.
Singkong merupakan tanaman yang menurut hasil penelitian Kanapathy (1974) menunjukkan bahwa unsur hara yang keluar dari siklusnya di tanah sebagai akibat dari proses pemanenan pada tanaman singkong, lebih tinggi dibandingkan tanaman lahan kering lainnya seperti kelapa sawit, karet, dan jagung. Sehingga jika bagian tanaman lainnya selain umbi dikembalikan lagi ke tanah, maka unsur hara yang hilang sebenarnya jauh lebih kecil daripada tanaman seperti padi dan jagung. Apabila ampas dari proses pembuatan tepung juga dikembalikan, maka unsur hara yang hilang akibat proses produksi singkong ini sangat kecil.
Kurangnya pemberian bahan organik, dan tidak dikembalikannya sisa-sisa tanaman juga menyebabkan menurunnya aktivitas organisme tanah, dan menurunkan kemantapan struktur tanah sehingga tanah menjadi padat. Sebagai akibatnya, akar tanaman menjadi kurang berkembang. Terlebih lagi Al-dd menjadi sangat beracun dan menurunkan produktivitas.
Data dan Fakta diatas menunjukkan bahwa skema pemupukan yang disarankan adalah dengan menggunakan pupuk organik seperti kompos maupun kotoran hewan dan daun – daunan. Dengan perawatan tanaman sekaligus lahan dengan teknik organik diharapkan produktivitas tanaman akan tinggi karena kebutuhan nutrisi tanah terpenuhi sekaligus menjaga matinya tanah yang disebabkan oleh ‘terkikis’nya unsur hara oleh tanaman tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar